Kegiatan mobilisasi masyarakat
menjadi elemen kunci dalam upaya pemberantasan wadah demam berdarah dengue
(DBD) di rumah dan lingkungan sekitar. DBD masih merupakan salah satu masalah
kesehatan utama masyarakat indonesia. Belakangan, penderita penyakit akibat
gigitan nyamuk Aedes aegypti ini terus meningkat. Bahkan, Badan Kesehatan Dunia
PBB (WHO) mencatat negara kita sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di
Asia Tenggara. Sementara dari 30 negara di dunia, Indonesia menepati urutan
kedua, setelah Brazil. Data menyebutkan, pada tahun 2004-2010 terdapat sekitar
129.435 kasus DBD di Tanah Air. Adapun yang mengerikan, jumlah penderita dan
luas daerah penyebarannya semakin bertambah dari waktu ke waktu seiring dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.
Husein Habsyi SKM MHComm, Wakil
Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menuturkan,
penanggulangan DBD perlu upaya intensif semua pihak, yaitu dengan menjalankan
kegiatan yang bersifat promotif dan preventif serta strategi advokasi,
pemberdayaan, dan mobilisasi. Cara ini sudah terbukti efektif. Buktinya di
Kuba, dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara serentak,
rutin, dan sepanjang tahun kasus DBD di negara tersebut dapat ditekan, bahkan
hilang sama sekali. kita harus belajar dari mereka dengan program Jum’at Bersih
PSN 30 menit adalah kegiatan yang bagus karena menjadi kunci untuk mengurangi
kasus DBD di rumah dan di lingkungan sekitar. Untuk menguatkan ha tersebut
Dinas Kesehatan (Dinkes) Jakarta dan Surabaya, serta Direktorat Pemberantasan
Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Kementrian Kesehatan juga menyosialisasikan
kampanye Lawan DBD.
Ini merupakan kampanye pencegahan
DBD yang dirancang untuk mengatasi peningkatan kejadian DBD. Alur kampanye ini
dimulai dari audiensi kepala Dinkes provinsi, focus group discussion,
pelantikan jumantik, pelatihan mahasiswa, hingga kegiatan utama, yaitu Aksi
Jum’at 30 menit. Mahasiswa datang ke pemukiman warga, bersama para jumantik
serta di dukung oleh ketua RW/RT untuk mobilisasi warga agar melaksanakan PSN
di lingkungan masing-masing. Kampanye yang telah berlangsung pada Mei-Juli 2013
lalu ternyata menghasilkan pencapaian positif. Hasil survei masyarakat usai
kegiatan ini menunjukkan pengetahuan masyarakat terhadap DBD semakin meningkat.
Peningkatan partisipasi dalam PSN di antara anggota keluarga terus merangkakn
naik. Juga diketahui, ibu yang dulu dianggap sebagai penggerak keluarga dalam
PSN, kini telah bergeser kepada anak-anak dan ayah dengan masing-masing
peningkatan mencapai 58% dan 56%.
Prof Charles Suryadi MPH, ahli
kesehatan perkotaan dari Universitas Atma Jaya, Jakarta, mengutarakan program
kemitraan antara pemerintah dan swasta seperti kampanye Lwana DBD ini perlu di
perluas. Termasuk kota-kota yang mengadakan kegiatan ini mesti diperbanyak,
harus lebih dari 10 kota agar hasilnya lebih efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar