Kamis, 26 September 2013

Rangkuman Artikel



Kegiatan mobilisasi masyarakat menjadi elemen kunci dalam upaya pemberantasan wadah demam berdarah dengue (DBD) di rumah dan lingkungan sekitar. DBD masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat indonesia. Belakangan, penderita penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti ini terus meningkat. Bahkan, Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO) mencatat negara kita sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Sementara dari 30 negara di dunia, Indonesia menepati urutan kedua, setelah Brazil. Data menyebutkan, pada tahun 2004-2010 terdapat sekitar 129.435 kasus DBD di Tanah Air. Adapun yang mengerikan, jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.
Husein Habsyi SKM MHComm, Wakil Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menuturkan, penanggulangan DBD perlu upaya intensif semua pihak, yaitu dengan menjalankan kegiatan yang bersifat promotif dan preventif serta strategi advokasi, pemberdayaan, dan mobilisasi. Cara ini sudah terbukti efektif. Buktinya di Kuba, dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara serentak, rutin, dan sepanjang tahun kasus DBD di negara tersebut dapat ditekan, bahkan hilang sama sekali. kita harus belajar dari mereka dengan program Jum’at Bersih PSN 30 menit adalah kegiatan yang bagus karena menjadi kunci untuk mengurangi kasus DBD di rumah dan di lingkungan sekitar. Untuk menguatkan ha tersebut Dinas Kesehatan (Dinkes) Jakarta dan Surabaya, serta Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Kementrian Kesehatan juga menyosialisasikan kampanye Lawan DBD.
Ini merupakan kampanye pencegahan DBD yang dirancang untuk mengatasi peningkatan kejadian DBD. Alur kampanye ini dimulai dari audiensi kepala Dinkes provinsi, focus group discussion, pelantikan jumantik, pelatihan mahasiswa, hingga kegiatan utama, yaitu Aksi Jum’at 30 menit. Mahasiswa datang ke pemukiman warga, bersama para jumantik serta di dukung oleh ketua RW/RT untuk mobilisasi warga agar melaksanakan PSN di lingkungan masing-masing. Kampanye yang telah berlangsung pada Mei-Juli 2013 lalu ternyata menghasilkan pencapaian positif. Hasil survei masyarakat usai kegiatan ini menunjukkan pengetahuan masyarakat terhadap DBD semakin meningkat. Peningkatan partisipasi dalam PSN di antara anggota keluarga terus merangkakn naik. Juga diketahui, ibu yang dulu dianggap sebagai penggerak keluarga dalam PSN, kini telah bergeser kepada anak-anak dan ayah dengan masing-masing peningkatan mencapai 58% dan 56%.
Prof Charles Suryadi MPH, ahli kesehatan perkotaan dari Universitas Atma Jaya, Jakarta, mengutarakan program kemitraan antara pemerintah dan swasta seperti kampanye Lwana DBD ini perlu di perluas. Termasuk kota-kota yang mengadakan kegiatan ini mesti diperbanyak, harus lebih dari 10 kota agar hasilnya lebih efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar